Monday 15 June 2015

Kesultanan Siak Sri Indrapura


Kesultanan Siak Sri Inderapura merupakan suatu Kerajaan Melayu Islam yg sempat berdiri di Kab Siak, Propinsi Riau, Indonesia. Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Mungil dari Pagaruyung Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sbg suatu kerajaan bahari yg kuat & jadi kapabilitas yg diperhitungkan di pesisir timur Sumatera & Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme Eropa. Jangkauan terjauh pengaruh kerajaan ini hingga ke Sambas di Kalimantan Barat, sekaligus mengendalikan jalur pelayaran antara Sumatera & Kalimantan.Pasang surut kerajaan ini tak lepas dari persaingan dalam memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di Selat Malaka. Sesudah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyebutkan kerajaannya bergabung dgn Republik Indonesia. 

Kata Siak Sri Inderapura, dengan cara harfiah mampu bermakna pusat kota raja yg tunduk beragama, dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" & indera atau indra bisa bermakna raja. Sedangkan pura bakal bermaksud bersama "kota" atau "kerajaan". Siak dalam anggapan penduduk Melayu amat bertali erat bersama agama Islam, Orang Siak merupakan beberapa orang yg ahli agama Islam,seandainya satu orang hidupnya tekun beragama bisa dikatakan yang merupakan Orang Siak. 
Nama Siak, bakal merujuk pada satu buah klan di kawasan antara Pakistan & India, Sihag atau Asiagh yg bermaksud pedang. Penduduk ini dikaitkan bersama bangsa Asii,penduduk nomaden ygdinamakan oleh warga Romawi, & diidentifikasikan sbg Sakai oleh Strabo satu orang penulis geografi dari Yunani.Berkenaan dgn ini terhadap sehiliran Sungai Siak hingga hri ini tetap dijumpai pendudukterasing yg disebut yang merupakan Orang Sakai. 
Terhadap periode awal Kesultanan Melayu Melaka, Riau jadi lokasi pusat agama islam. kemudian perkembangan agama Islam di Siak menjadikan kawasan ini yang merupakan salah satu pusat penyebaran dakwah Islam, aspek ini tak lepas dari pemakaian nama Siak dengan cara luas di kawasan Melayu. Kalau dikaitkan dgn pepatah Minangkabau yg populer : Rutinitas menurun, syara’ mendaki sanggupbermakna masuknya Islam atau mengislamkan dataran tinggi pedalaman Minangkabau dari Siak maka beberapa orang yg ahli dalam agama Islam, sejak dulu hingga kinitetap masih dinamakan bersamaOrang Siak.Sementara di Semenanjung Malaya, penyebutan Siak tetap dimanfaatkan juga sebagai nama jabatan yg berkenaan dgn urusan agama Islam. 

Meskipun sudah mengaplikasikan hukum Islam kepada masyarakatnya, tapi sedikit pengaruh Minangkabau masihlah mewarnai etika penduduk Siak. Dalam pembagian warisan, warga Siak mengikutterhadap hukum waris sama seperti berlaku dalam Islam. Tapi dalam perihal tertentu, mereka menyepakati dengan cara etika bahwa utk warisan dalam wujud rumah cuma diserahkan pada anak wanitasaja.

No comments:

Post a Comment

Berkomentar dengan bijak :D
jangan lupa share ^_^

Jangan gunakan Link Aktif ^_^